Berita Rohingya Tidak Bisa Diverifikasi Kebenarannya, Kata BBC

My24hours.net, Myanmar – Berita-berita mengenai kisah sedih etnis Rohingya yang diberitakan sejumlah media asing ternyata tidak bisa diverifikasi kebenarannya.

Etnis Rakhine dipengungsian akibat serangan teroris Rohingya ARSA. Foto: AFP

Media asing beberapa minggu terakhir “gemar” memberitakan mengenai kisah pilu etnis Bengali asal Bangladesh yang menyebut diri sebagai Rohingya. Pembunuhan, pembantaian, pembakaran rumah dan pemerkosaan sering disebut-sebut dalam berita “kesaksian” dari mereka yang mengungsi ke Bangladesh yang akhirnya membentuk opini di dunia internasional.

Namun ternyata tidak satu pun kisah tersebut bisa diverifikasi kebenarannya oleh media-media asing tersebut. Hal ini terjadi lantaran akses media di kawasan peristiwa itu terjadi sangat terbatas. Hal tersebut diakui oleh BBC Indonesia.

“Akses media di daerah yang terdampak di Rakhine sangat terbatas, jurnalis asing tak bisa datang ke sana dengan bebas dan karenany tak bisa memverifikasi kisah-kisah mereka,” tulis BBC Indonesia, dalam sebuah artikel beritanya pada Selasa (12/9/2017).

Karena akses yang terbatas, para jurnalis asing hanya bisa mendapatkan informasi dan berita dari apa yang mereka lihat di luar wilayah konflik seperti di Bangladesh.

Maka tidak mengherankan jika berita-berita asing yang juga dikutip media-media di Indonesia hanya mempertontonkan mengungsinya etnis Rohingya tersebut dengan foto-fotonya. Minim media asing yang memberitakan penderitaan etnis lain yang terkena dampak serangan teroris Rohingya pada 25 Agustus lalu.

Dibatasinya akses media asing di Rakhine, Myanmar tidak lepas dari anggapan Pemerintah Myanmar terhadap media asing yang sering justru mengabarkan pemberitaan yang bias. Tidak jarang para jurnalis asing yang mendapatkan akses justru mengeluarkan opini pribadi dari apa yang mereka liput dan tidak memberitakan secara berimbang.

Masyarakat Myanmar sendiri memandang berita-berita media internasional berpihak, terlalu condong ke etnis Rohingya, dan tidak cukup meliput penderitaan etnis lainnya di Rakhine yang melarikan diri dari kekerasan Rohingya di desa mereka.

Pemberitaan mengenai konflik etnis di Rakhine oleh media setempat sangat berbeda dengan yang dituduhkan oleh media-media asing yang membentuk opini di dunia internasional. Media setempat menempatkan serangan teroris Rohingya Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) sebagai penyebab mengungsinya ribuan warga. Sedangkan media asing hanya meliput mengungsinya para warga tersebut tanpa mengungkit penyebabnya.

Media asing (seperti BBC) sendiri tidak jarang menuduh media lokal sebagai pembawa kepentingan Pemerintah Myanmar, meskipun pemberitaan yang diberitakan media asing tersebut sendiri tidak bisa diverifikasi kebenarannya, dibanding media lokal yang bisa mengakses langsung ke tempat kejadian.

Faktanya, sejumlah media asing juga tidak luput dari eror, kepentingan politik dunia Barat atau kelompok tertentu, dan tentu saja sarat dengan kepentingan bisnis.[My24]

BAGIKAN ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA:

Kategori: Berita,Internasional
Kata kunci:
Penulis:
id_IDBahasa Indonesia