Teroris Rohingya Serang Rakhine Utara, 71 Tewas

My24hours.net, Myanmar – Keberadaan teroris dan pemberontak teroris Rohingya semakin jelas terlihat setelah mereka melakukan beberapa serangan terhadap pihak keamanan Myanmar, serangan terakhir pada Jumat (25/8/2017).

Serangan satu malam di 30 pos terdepan polisi oleh teroris Benggala yang menyebut diri sebagai Rohingya di Negara Bagian Rakhine utara telah menewaskan setidaknya 71 orang termasuk anggota teroris.

Menurut rilis Kantor Penasihat Negara Myanmar, pada Jumat (25/8), 10 petugas polisi, satu tentara dan satu petugas imigrasi tewas, sembilan petugas keamanan dan sejumlah warga sipil terluka, dan enam senjata api hilang.

Di desa-desa di Maungdaw di mana teroris tersebut melakukan serangan, hanya ada sedikit warga etnis Rakhine dan ras nasional lainnya namun jumlah etnis Benggala (Rohingya) jauh lebih banyak daripada penduduk setempat.

Sejak dini hari tanggal 25 Agustus, para ekstrimis tersebut menyerang 30 pos polisi di Maungdaw pada waktu yang bersamaan.

Menurut pernyataan Kantor Penasihat Negara, seperti yang dilansir Eleven Myanmar, Sabtu (26/8/2017), sebuah bantuan dari tiga kendaraan di depan sebuah masjid di desa Maung Hnama di Maungdaw diserang dengan bahan peledak pada pukul 14.00.

Rumah-rumah di sebuah desa terbakar setelah serangan teroris Rohingya terhadap pasukan keamanan Myanmar, Jumat (25/8/2017) Foto: Myanmar’s State Counselor’s Office

Berdasarkan menurut Kantor Panglima Tertinggi Myanmar, teroris ekstremis Rohingya menyerang pasukan Tatmadaw yang bekerja untuk urusan keamanan di Desa Kyeinchaung, Kotapraja Maungtaw, pukul 9.45 dan di desa Watkyein pada pukul 11.5 pagi dengan peledak buatan rumah. Dua anggota Tatmadaw terluka namun tidak dalam kondisi serius.

Sejak pukul 7.45 pagi (26/8), para teroris tersebut telah mengepung dan menyerang pos polisi Kyagaungtaung. Siang hari, lebih banyak pasukan Tatmadaw yang tiba dan bergabung dengan polisi. Teroris kemudian melarikan diri dan mereka dikejar oleh pasukan Tatmadaw dan pasukan polisi.

Dari jam 9.45 pagi, sekitar 300 warga Rohingya telah mengepung dan menyerang pos polisi Natchaung sehingga membuat pasukan polisi dan Tatmadaw bertahan dan membela diri.

Sejak para teroris ekstremis Rohingya menyerang sebuah kamp keamanan di Maungdaw pada jam 1 pagi pada tanggal 25 Agustus, bus ekspres yang menuju ke Butheetaung di Negara Bagian Rakhine telah berhenti beroperasi.

“Tidak ada bus yang berani bepergian karena ada penembakan di kawasan pinggiran kota sepanjang malam. Jalur bus harus melewati desa Benggala bernama Myothugyi. Jadi tidak ada bus yang masuk ke dan dari Butheetaung,” kata seorang penduduk.

Berbagai laporan mengatakan jam malam di Maungdaw sekarang dimulai dari jam 6 sore dan berakhir jam 6 pagi.

Jam malam dimulai pada tanggal 9 Agustus yang dimulai pukul 9 malam dan berakhir pada jam 5 pagi. Perpanjangan tersebut dilakukan setelah serangan teroris Rohingya di kantor polisi di Maungdaw pada 25 Agustus pukul 1 malam.

“Mereka baru saja mengumumkan perpanjangan melalui pengeras suara. Kami semua khawatir jika orang Benggala kembali pada malam hari,” kata Sein Hla Phyu, seorang warga di Maungdaw.

Serangan tersebut dilaporkan dimulai dengan menggunakan peledak rakitan tangan.

Di sebuah desa Rohingya yang terdiri dari sekitar 40 rumah di dekat desa Sedipyin di Kotapraja Yathaetaung, warga membakar rumah mereka sendiri pada 25 Agustus pukul 2 siang dan meninggalkan desa mereka.

Karena desa mereka terletak dekat dengan desa warga Rakhine, mereka membakar rumahnya sendiri. Pada waktu lalu mereka melakukan hal yang sama. Warga Rakhine setempat memadamkan api tersebut karena takut akan menjalar ke rumah mereka namun beberapa rumah warga setempat juga ikut dibakar, kata kepala desa Sedipyin.

Perilaku membakar desa mereka sendiri diduga merupakan usaha mencari perhatian dunia internasional dan mengambinghitamkan warga etnis Rakhine maupun pemerintah Myanmar.

Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) mengklaim melakukan serangan terhadap 30 pos polisi tersebut. Sementara itu Komite Pusat Anti Terorisme Myanmar dalam pernyataan No. 1/2017 menyatakan ARSA dan para pendukungnya sebagai organisasi teroris.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk serangan teroris yang menyerang petugas keamanan Myanmar. Senada dengan Sekjen PBB, Kofi Annan yang merupakan ketua Komisi Penasihat Negara Bagian Rakhine juga mengutuk serangan tersebut.

Pemberontakan di Myanmar sudah terjadi sejak tahun 1947, saat pasukan mujahidin setempat dibentuk untuk menentang pemerintah Myanmar, dan mulai menargetkan pasukan pemerintah di area tersebut.[My24]

BAGIKAN ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA:

Kategori: Berita,Internasional
Kata kunci:
Penulis:
id_IDBahasa Indonesia