Dampak Buruk Puasa Ramadhan Bagi Kesehatan yang Mungkin Belum Anda Tahu

My24hours.net, Amerika Serikat – Ada sejumlah dampak buruk dalam puasa Ramadhan bagi kesehatan yang mungkin belum Anda ketahui atau tidak diberi tahu oleh dokter Anda.

Dampak Buruk Puasa Ramadhan

Anda sering mendengar dampak baik dari puasa Ramadhan, tapi adakah dampak buruknya bagi kesehatan? Ya, tentu saja ada. Dampak buruk dari puasa Ramadhan jelas ada, namun sayangnya tidak banyak yang membahasnya secara terang-terangan.

Setiap bulan Ramadhan, umat Muslim di seluruh dunia melakukan puasa selama 12-15 jam dalam 1 bulan lamanya. Puasa Islami dilakukan dengan tidak makan dan tidak minum. Puasa diawali pada subuh dengan menggelar sahur dan diakhiri dengan iftar (buka puasa) di sore hari.

Dengan melakukan puasa selama 12 jam tubuh akan menahan lapar dan haus yang menimbulkan masalah bagi kesehatan fisik maupun mental.

Hal-hal tersebut diperburuk oleh kebiasaan buruk yang sulit untuk dihilangkan, seperti makan sebanyak-banyaknya saat sahur (dengan berpikir untuk mencegah lapar) dan makan yang manis-manis saat berbuka puasa.

Dampak buruk puasa Ramadhan bagi kesehatan yang telah dikemukakan oleh sejumlah penelitian independen, tidak hanya menyangkut soal makan tetapi juga soal minum yang justru banyak memengaruhi kesehatan khususnya mental.

Bukan rahasia lagi bahwa selama puasa Ramadhan, produktifitas dan disiplin diri dari mayoritas mereka yang berpuasa menurun.

Menurunnya produktifitas dan disiplin diri akibat pengaruh kesehatan fisik maupun mental saat puasa membuat kerugian yang tidak sedikit.

Dampak buruk puasa Ramadhan bagi kesehatan

Dehidrasi

Dampak buruk terbesar saat puasa Ramadhan bukan dari dihentikannya asupan makanan tetapi justru dari dihentikannya minum air. Terbukti bahwa tubuh manusia lebih tahan kekurangan asupan makanan dibanding dengan kekurangan air.

Secara keseluruhan, tubuh manusia sendiri terdiri dari sekitar 67% air dengan 73% di dalam otak dan 83% di dalam paru-paru.

Tubuh manusia sendiri bukanlah botol air kedap udara yang setelah diisi air tidak akan hilang airnya. Sebaliknya, tubuh manusia rentan untuk kehilangan cairan, baik melalui keringat karena udara panas hingga melalui air seni. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa Anda tidak pernah dehidrasi selama puasa dengan alasan telah minum banyak air saat sahur atau mengisi kembali saat berbuka.

Ketika seseorang puasa dengan tidak minum air, ia pasti terserang dehidrasi atau kekurangan cairan. Sebuah penelitian mengungkapkan bukti terjadinya dehidrasi selama Ramadhan (Toda, Masahiro, Morimoto, Kanehisa, “Ramadan Fasting – Effect on Healthy Muslims“, Social Behavior and Personality: an international journal, 2004).

Asupan cairan yang terbatas, yang menyebabkan gangguan dalam keseimbangan cairan, akan menyebabkan kondisi ini. Pada tahap awal dehidrasi, tanda-tanda klinisnya adalah takikardia, kelelahan dan malaise, sakit kepala dan mual. Orang setengah baya atau lebih tua biasanya lebih rentan terhadap efek dehidrasi.

Menurut Mayo Clinic, haus tidak selalu merupakan indikator awal yang dapat diandalkan dari kebutuhan tubuh akan air. Banyak orang, terutama orang dewasa yang lebih tua, tidak merasa haus sampai mereka mengalami dehidrasi.

Tanda dan gejala dehidrasi juga mungkin berbeda berdasarkan usia. Gejala pada orang dewasa umumnya haus yang sangat, kurang sering buang air kecil, air kencing berwarna gelap, kelelahan, pusing, dan kebingungan.

Lalu apa yang terjadi dengan otak saat Anda puasa dan mengalami dehidrasi?

Dengan sebesar 73% jumlah air di dalam otak terhadap keseluruhan tubuh, membuat air sebagai unsur yang penting bagi kinerja otak.

Ketika seseorang mengalami dehidrasi, kinerja otak yang berfungsi untuk berpikir dan menyimpan memori akan terganggu. Menurut sebuah penelitian, dehidrasi ringan sekalipun dengan kehilangan cairan tubuh 1 – 2% dapat merusak kinerja kognitif.

Seorang wanita yang mengalami kehilangan sekitar 1,36% cairan dalam tubuhnya akan mengalami penurunan suasana perasaan, peningkatan kesulitan daya paham, penurunan konsentrasi, dan gejala sakit kepala.

Sedangkan pada seorang pria, yang kehilangan 1,59% cairan akan mengalami penurunan kewaspadaan, dan kerja memori, dan meningkatkan ketegangan / kecemasan dan kelelahan.

Dari akibat dehidrasi berupa kelelahan, maka tidak heran jika banyak terjadi kecelakaan lalu lintas saat mudik lebaran berlangsung.

Menurut data Komite Nasional Keselamatan Transportasi, kecelakaan yang terjadi pada musim mudik lebaran dalam tiga tahun terakhir (2015-2017) didominasi oleh faktor kelelahan.

Dari fakta di atas puasa Ramadhan yang seharusnya juga untuk menjaga pikiran dan seluruh panca indra, justru menjadi ironi tersendiri.  Menjadi ironi ketika otak sebagai wadah untuk berpikir dan menjaga pikiran itu sendiri justru dilemahkan fungsinya karena proses puasa yang menolak asupan air.

Migrain

Mengalami migrain menjadi tiga kali lebih umum saat masa puasa Ramadhan. Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of Headache and Pain, ada sekitar 90 juta dari 1,57 milyar Muslim di seluruh dunia yang mengalami migrain.

Migrain lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Tiga perempat dari para wanita mengeluh migrain saat berpuasa, dibandingkan dengan angka yang jauh lebih rendah di antara para pria.

Takikardia hingga muntah

Sebuah penelitian di Jerman melibatkan para pekerja Muslim keturunan Turki yang melakukan pekerjaan berpanas-panasan dan kerja berat lainnya selama Ramadhan. Hasilnya, pada mereka terdapat gangguan kesehatan sedang sampai berat, misalnya: takikardia, sakit kepala berat, pusing, mual, muntah, dan kolaps sirkulasi darah. Penelitian ini dipublikasikan di Polish Journal of Occupational Medicine 1991 oleh Schmahl FW dan Metzler B.

Takikardia sendiri adalah kondisi di mana detak jantung seseorang di atas normal dalam kondisi beristirahat. Beberapa komplikasi yang bisa ditimbulkan takikardia adalah: stroke akibat penggumpalan darah, gagal jantung, sering pingsan, kematian mendadak.

Mengatasi dampak buruk puasa Ramadhan

Dampak buruk puasa Ramadhan terhadap kesehatan fisik dan mental hanya dapat diminimalkan khususnya yang terkait dengan makanan. Namun yang terkait dengan kebutuhan cairan tidak bisa diatasi selain mengonsumsi cairan atau minum air.

Terkait makanan, makanlah makanan yang mengandung tinggi serat dan protein. Makanan berserat dan berprotein terbukti dapat mengenyangkan dan menahan lapar. Oat, telur, kentang rebus, apel merah, bisa menjadi makanan penahan lapar.

Sedangkan terkait dehidrasi saat puasa 12-15 jam tidak bisa Anda atasi selain menunggu berbuka, dan ini adalah resiko bahaya dari puasa tanpa minum itu sendiri.

Dehidrasi bisa muncul kapan saja saat Anda puasa. Ingat, tubuh Anda bukan botol kedap udara. Anda hanya bisa melakukan tindakan keterlambatan penanganan dehidrasi saat iftar dan sahur (lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali). Dengan kata lain, Anda tidak dapat menghindari kondisi dehidrasi saat puasa Ramadhan.

Untuk itu, meskipun terlambat, minumlah air saat antara iftar dan sahur. Minumlah air bening alih-alih minuman manis. Namun, minum secara berlebihan dalam sekali waktu akan mengganggu kerja ginjal Anda karena ginjal menampung cairan yang jumlahnya tidak semestinya dalam sekali waktu.[MY24]

BAGIKAN ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA:

Kategori: Kesehatan,Kesehatan Mental
Kata kunci:
Penulis: