Cara Mengatasi Pertengkaran Anak saat Bermain Bersama

My24hours.net, Indonesia – Apakah Anda pernah mengalami situasi berupa pertengkaran anak saat mereka bermain bersama? Apa yang harus Anda saat hal itu terjadi? Berikut tips pakar psikologi untuk hal itu.

Mengatasi Pertengkaran Anak saat Bermain Bersama
Foto: YouTube

Sebuah peristiwa yang umum terjadi tetapi sangat ditakuti saat seorang anak ingin bermain dengan mainan atau peralatan tertentu di tempat bermain, tetapi ada anak lain yang sedang memainkannya.

Saat anak pertama menginginkan mainan itu dan mengambilnya, yang menyebabkan anak lain kehilangan mainannya. Keduanya kemudian saling berebut mainan itu satu sama yang lain. Cepat atau lambat, salah satu dari mereka mulai berteriak, dan yang lain menangis.

Pertengkaran antara anak-anak kecil pasti akan terjadi, apakah Anda berada di tempat bermain, di tempat umum, atau bahkan hanya saat berkunjung ke rumah sanak keluarga.

Lalu bagaimana reaksi Anda? Apakah Anda langsung mengambil alih masalah, atau apakah Anda duduk dan melihat bagaimana anak Anda mengatasinya? Juga, bagaimana Anda mengajar anak Anda untuk merespons ketika konflik seperti itu terjadi?

Menurut pakar psikologi, belajar menangani konflik dengan cara yang tepat dan produktif dapat membantu meningkatkan keterampilan sosial anak. Selain itu apat mempersiapkan anak-anak untuk menangani masalah antarpribadi di kemudian hari.

Hal tersebut akan meningkatkan rasa empati anak Anda, serta mengembangkan keterampilan mengambil keputusan, karena memerlukan keterampilan komunikasi yang baik, mendengarkan dan memecahkan masalah. Selain itu juga mengembangkan kepercayaan diri anak dalam proses menyelesaikan masalah interpersonal secara positif dan tegas.

Satu hal yang dapat dilakukan orang tua adalah membimbing anak-anak melalui situasi sulit di taman bermain. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda ikuti.

Cara Mengatasi Pertengkaran Anak saat Bermain

1. Sabar dan tenang

Anak-anak, terutama yang lebih muda, cenderung bereaksi sebelum mereka berpikir. Orang tua dapat mengajar mereka untuk melepaskan diri dari konflik ketika terjadi dengan menyarankan metode menenangkan diri. Metode tersebut di antaranya termasuk berjalan kaki, menghitung sampai 10 atau lebih, dan mengajarkan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam untuk menenangkan diri.

2. Memberi pengertian

Orang tua mungkin perlu menjelaskan secara spesifik apa masalahnya, terutama jika anak-anak berusia lebih muda. Bicaralah dengan setiap anak, baik bersama-sama atau secara terpisah, kemudian bantu mereka untuk menyatakan masalahnya. Penting untuk menekankan kejujuran dan mendorong pengakuan di pihak mereka. Perlu ditekankan bahwa suatu konflik terjadi karena ada dua belah pihak yang melakukannya. Disarankan kepada para orang tua agar anak-anak mereka menggunakan kejujuran selama proses menyatakan masalah, untuk mendorong mereka untuk bertanggung jawab atas kontribusi terhadap konflik. Mengekspresikan perasaan mereka dapat membantu mereka lebih memahami apa yang mereka lakukan, serta emosi pihak lain.

3. Minta maaf

Terlepas dari apakah mereka yang memulai perselisihan atau tidak, adalah ide yang baik untuk mengajar anak Anda tentang apa itu permintaan maaf, dan bagaimana cara meminta maaf. Permintaan maaf yang baik memerlukan penyesalan, tanggung jawab, pemulihan dan rekonsiliasi. Anda dapat membimbing anak yang lebih kecil untuk membuat permintaan maaf yang menakjubkan.

4. Mencari solusi

Anda disarankan untuk mendorong anak-anak bertukar pikiran mencari solusi untuk konflik. Idealnya, ini harus dilakukan bersama dengan kedua belah pihak dalam konflik, untuk mencapai kompromi. Jika ini tidak dapat dilakukan, orang tua dapat membimbing anak-anak dalam proses refleksi diri. Pikirkan tentang apa yang salah dan bagaimana situasi seperti ini dapat dihindari di masa depan.

Lalu bagaimana jika salah satu anak melukai anak yang lainnya saat terjadi pertengkaran anak?

Kapan orang tua mengambil alih situasi?

Ini bisa sangat rumit. Idealnya, orang tua harus memungkinkan anak-anak mereka untuk menangani konflik mereka sendiri sejauh mungkin, karena ini akan memungkinkan mereka untuk belajar dari pengalaman dan tidak terlalu bergantung pada orang tua.

Tetapi orang tua harus melakukan intervensi ketika batas-batas yang jelas dilintasi, seperti dalam situasi ketika anak-anak melakukan kekerasan fisi dan verbal. Orang tua harus selalu menjelaskan kepada anak-anak bahwa agresi atau kekerasan bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan konflik. Segala bentuk agresi dan kekerasan, baik fisik maupun verbal, harus dicegah. Anda disarankan untuk membimbing anak-anak untuk tenang, yang kemudian diminta untuk menyelesaikan konflik.

Meski naluriah ingin melindungi anak, Anda disarankan harus mencoba untuk tidak segera melompat untuk menyelamatkan. Mengizinkan anak Anda untuk mengatasi masalahnya sendiri akan membantu mereka belajar menilai situasi, melatih mereka untuk mempertimbangkan pilihan dan melakukan penilaian, dan mengembangkan keterampilan mengambil keputusan mereka.

Haruskah Anda membuat anak meminta maaf?

Penyesalan dan ketulusan adalah bagian penting dari permintaan maaf. Dengan pemikiran ini, memaksa seorang anak meminta maaf mungkin akan menjadi kontraproduktif, terutama jika itu tidak termotivasi secara intrinsik.

Selain itu, saat pembuat konflik diharapkan untuk meminta maaf, konflik selalu melibatkan dua pihak. Yang lebih penting, orang tua harus mendorong anak mereka untuk merenungkan perannya pada konflik.

Bagaimana jika seorang anak tampaknya merundung yang lainnya?

Orang tua tidak boleh langsung mengambil kesimpulan, tetapi sebaliknya, harus mengamati apa yang disebut perilaku “perundung” (bully). Setelah itu, perjelas situasi dengan anak Anda (atau anak-anak lain) yang telah berinteraksi dengan anak tersebut. Memperjelas situasi perlu dilakukan karena bermain dan kecelakaan dalam bermain dapat disalahartikan sebagai penindasan.

[Baca juga: Bunda, Ini 5 Cara Mencegah Anak Jadi Pelaku Perundung (Bullying)]

Jika kekerasan fisik atau verbal terlihat, pisahkan anak pelaku dari anak-anak lainnya. Jika Anda akan mendekati pelaku atau orang tuanya, Anda disarankan untuk mengambil langkah-langkah ini:

* Nyatakan masalah dan pemahaman Anda tentang situasinya;
* Memperjelas kesalahan penafsiran situasi;
* Dapatkan empati dengan menyatakan bagaimana perilaku anak pelaku yang telah menyakiti anak lain;
* Berusahalah untuk mempromosikan cara adaptif untuk menyelesaikan konflik yang idealnya mencakup permintaan maaf.

Anda disarankan untuk memberikan waktu bagi kedua belah pihak untuk menenangkan diri sebelum mendekati anak pelaku atau orang tuanya.[MY24]

Sumber: Smart Parents

BAGIKAN ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA:

Kategori: Panduan
Kata kunci: ,
Penulis:
id_IDBahasa Indonesia