Ditemukan Jenis Cacing yang Bisa Bantu Atasi Polusi Plastik
My24hours.net, Inggris – Polusi plastik yang menjadi momok bagi lingkungan, kini mungkin bisa diatasi dengan keberadaan jenis cacing tertentu yang memakan plastik.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa cacing yang dikembangbiakkan secara komersial untuk umpan ikan memiliki kemampuan untuk mengurai polietilena, salah satu plastik terberat dan paling banyak digunakan, sering ditemukan menyumbat tempat pembuangan akhir dalam bentuk tas belanja plastik.
Cacing lilin (wax worm), larva serangga dari yang umum dikenal sebagai ngengat lilin (Galleria mellonella) merupakan momok bagi sarang lebah di seluruh Eropa.
Di alam bebas, cacing tersebut hidup sebagai parasit di koloni lebah. Ngengat lilin bertelur di dalam sarang-sarang lebah tempat cacing tersebut menetas dan tumbuh di lilin sarang lebah – karenanya disebut cacing lilin.
Penemuan tersebut terjadi karena kebetulan ketika salah satu tim ilmiah, Federica Bertocchini, seorang peternak lebah amatir, mengeluarkan hama parasit tersebut dari sarang lebah di sarangnya. Cacing itu untuk sementara disimpan dalam tas belanja plastik khas yang kemudian menjadi penuh dengan lubang.
Bertocchini, dari Institute of Biomedicine and Biotechnology of Cantabria (CSIC), Spanyol, berkolaborasi dengan rekan-rekannya Paolo Bombelli dan Christopher Howe di Departemen Biokimia Universitas Cambridge melakukan eksperimen dengan jangka waktu tertentu.
Sekitar seratus cacing lilin diberikan kantong plastik dari supermarket di Inggris. Lubang mulai muncul hanya setelah 40 menit, dan setelah 12 jam terjadi pengurangan 92 mg massa plastik dari tas tersebut.
Para ilmuwan mengatakan bahwa tingkat degradasinya sangat cepat dibandingkan dengan penemuan baru-baru ini, seperti bakteri yang dilaporkan tahun lalu untuk melakukan biodegradasi beberapa plastik dengan kecepatan hanya 0,13 mg sehari.
“Jika sebuah enzim bertanggung jawab atas proses kimia ini, reproduksinya dalam skala besar dengan menggunakan metode bioteknologi seharusnya dapat dicapai,” kata Paolo Bombelli dari Cambridge, peneliti pertama dari penelitian yang diterbitkan di jurnal Current Biology Volume 27 pada Senin (24/4/2017).
“Penemuan ini bisa menjadi alat penting untuk membantu menyingkirkan sampah plastik polietilena yang terakumulasi di tempat pembuangan akhir dan samudra.”
Polietilena sebagian besar digunakan dalam kemasan, dan menyumbang 40% dari total permintaan produk plastik di seluruh Eropa – di mana sampai 38% plastik dibuang di tempat pembuangan sampah. Orang-orang di seluruh dunia menggunakan sekitar satu triliun kantong plastik setiap tahun.
Secara umum, plastik sangat tahan terhadap kerusakan, dan bahkan jika potongan-potongan kecil akan merusak ekosistem tanpa degradasi. Kerusakan lingkungan menjadi dampak yang terberat.
Namun alam bisa memberikan jawaban. Lilin lebah di mana cacing lilin tumbuh terdiri dari campuran senyawa lipida yang sangat beragam yang dapat membangun molekul blok sel hidup, termasuk lemak, minyak dan beberapa hormon.
Sementara rincian molekuler biodegradasi lilin tersebut memerlukan penyelidikan lebih lanjut, para peneliti mengatakan bahwa kemungkinan bahwa mencerna lilin lebah dan polietilena melibatkan pemecahan jenis ikatan kimia yang serupa.
“Lilin adalah polimer, semacam ‘plastik alami’, dan memiliki struktur kimia yang tidak berbeda dengan polietilena,” kata Bertocchini CSIC, peneliti utama studi ini, seperti yang dilansir situs Phys.
Para peneliti melakukan analisis spektroskopi untuk menunjukkan ikatan kimia di plastik yang rusak. Analisis menunjukkan bahwa cacing mengubah polietilena menjadi etilena glikol, yang merupakan molekul ‘monomer’ yang tidak terikat.
Untuk memastikan ini bukan hanya mekanisme mengunyah ulat yang menguraikan plastik, tim menumbuk beberapa cacing dan mengolesnya pada kantong polietilena, dengan hasil yang serupa.
“Cacing tidak hanya memakan plastik tanpa memodifikasi susunan kimianya. Kami menunjukkan bahwa rantai polimer dalam plastik polietilena benar-benar rusak oleh cacing lilin,” kata Bombelli.
“Cacing menghasilkan sesuatu yang merusak ikatan kimia, mungkin di kelenjar ludahnya atau bakteri simbiotik di ususnya. Langkah selanjutnya bagi kami adalah mencoba dan mengidentifikasi proses molekuler dalam reaksi ini dan melihat apakah kita dapat mengisolasi enzim yang menyebabkannya.“
Seiring dengan diketahuinya rincian molekuler prosesnya, para peneliti mengatakan bahwa hal itu dapat digunakan untuk merancang solusi bioteknologi pada skala industri untuk pengelolaan limbah polietilena.
“Kami berencana untuk menerapkan temuan ini menjadi cara yang layak untuk menyingkirkan sampah plastik, bekerja menuju solusi untuk menyelamatkan samudra, sungai, dan lingkungan hidup kita dari konsekuensi akumulasi plastik yang tak terhindarkan,” kata Bertocchini menambahkan.[MY24]
Kategori: Sains
Kata kunci: Lingkungan Hidup
Penulis: