Ini Alasan Grab Keberatan akan Tarif Atas-Bawah Taksi Online

My24hours.net, Indonesia – Grab Indonesia sebagai salah satu penyedia aplikasi layanan taksi online merasa keberatan terhadap rencana pemerintah untuk menerapkan tarif atas dan bawah untuk layanan transportasi berbasis aplikasi.

Ilustrasi: Grab. Taksi online
Ilustrasi: Grab

Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia, memberikan alasan bahwa penerapan tarif atas dan bawah tak bisa diterapkan ke jenis layanan mereka.

“Sebab layanan ini merupakan layanan sewa yang berdasarkan kesepakatan di awal,” kata Ridzki seperti yang dilansir CNN Indonesia, Senin (13/3/2017).

Ridzki menggarisbawahi bahwa adanya poin kesepakatan di antara penyedia platform dengan pelanggan di layanan transportasi online sehingga layanan ini tak bisa disamakan dengan layanan taksi konvensional.

Dalam layanan taksi konvensional, para penumpang tidak memiliki pilihan untuk mencari tumpangan dengan tarif yang lebih murah. Hal ini terjadi karena tarif taksi konvesional baru bisa diketahui ketika perjalanan selesai.

Sebaliknya dalam taksi online, para penumpang bisa mengetahui tarif lebih dahulu dari perhitungan jenis layanan dan jarak perjalanan yang akan ditempuh. Dengan demikian, para calon penumpang memiliki kuasa menolak atau menerima penawaran harga dari layanan transportasi online tersebut.

“Ini akan mempersulit mekanisme pasar kami,” kata Ridzki.

Permasalahan mengenai kuota kendaraan dari layanan transportasi online yang boleh beroperasi di sebuah kota juga mendapatkan perhatian dari Grab. Mengenai hal ini Ridzki berpendapat bahwa mekanisme pasar seperti yang berlangsung sekarang sebagai opsi terbaik untuk menentukan jumlah kendaraan yang dibutuhkan.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan sedang merevisi Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 32 Tahun 2016 yang telah diuji publik di Makassar pada 10 Maret lalu.

Grab (sebelumnya dikenal sebagai GrabTaxi) merupakan salah satu platform layanan on demand yang bermarkas di Singapura. Berawal dari layanan transportasi, perusahaan tersebut kini telah mempunyai layanan lain seperti pengantaran makanan dan pembayaran yang bisa diakses lewat aplikasi mobile.

Pada awalnya, Grab didirikan di Malaysia, sebelum kemudian memindahkan kantor pusat mereka ke Singapura. Saat ini, Grab telah beroperasi di Asia Tenggara (kecuali Laos dan Brunei). Grab merupakan startup “decacorn” (sebutan untuk startup yang memiliki valuasi perusahaan sebesar US$10 miliar) pertama di Asia Tenggara.[MY24]

BAGIKAN ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA:

Kategori: Teknologi
Kata kunci:
Penulis: