7 Warga Penganut Buddha Dibunuh di Wilayah Rohingya, Myanmar

My24hours.net, Myanmar – Pemerintah Myanmar mengirimkan ratusan tentara ke wilayah Rakhine, yang dihuni mayoritas warga Rohingya, setelah terjadi pembunuhan terhadap tujuh warga penganut Buddha di wilayah itu.

Myanmar
Bendera Myanmar

Wilayah utara Rakhine yang mayoritas berpenduduk Muslim, mengalami kemelut pada Oktober tahun lalu setelah pemberontak Muslim Rohingya membunuh sembilan polisi, yang kemudian menimbulkan tuduhan adanya pemubuhan dan penyiksaan oleh pasukan pemerintah.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (11/8/2017), dua sumber militer Myanmar, mengatakan militer telah mengerahkan personelnya ke bagian utara negara tersebut untuk membantu memperketat keamanan. Pengerahan dilakukan setelah tujuh warga penganut Buddha ditemukan tewas dibacok di pegunungan dekat kota Maungdaw pada pekan lalu.

Menurut salah satu sumber militer Myanmar yang mengetahui langsung pengerahan ini mengatakan tentara mengerahkan sekitar 500 pasukan di dekat perbatasan dengan Bangladesh pada hari Kamis (10/8) waktu setempat, termasuk ke kota Buthidaung dan Maungdaw.

“Kita harus meningkatkan operasi keamanan karena situasi keamanan semakin memburuk — beberapa warga Muslim dan penganut Buddha dibunuh oleh pemberontak,” kata Kepala Kepolisian Negara Bagian Rakhine, Kolonel Sein Lwin, kepada Reuters.

Juru bicara militer Myanmar dan juru bicara Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi, belum mengomentari hal ini.

Pemerintah mangatakan bahwa pembunuhan tujuh penganut Buddha tersebut dilakukan oleh para ekstremis yang dipercaya oleh warga setempat tinggal di daerah tersebut, setelah menemukan sebuah kamp untuk gerilyawan Rohingya.

Sebuah sumber militer mengatakan kepada Reuters pekan lalu, peristiwa pembunuhan itu mendorong pasukan keamanan untuk memburu para pembunuh tersebut dalam sebuah “operasi pembersihan intensif”.

Kolonel Sein Lwin menambahkan, pekan ini, tentara memperketat keamanan dan kepolisian menerapkan siaga tinggi.

Pasukan keamanan juga memperkuat pos penjagaan perbatasan di wilayah tersebut, kata Kyaw Swar Tun, direktur departemen administrasi umum yang berbasis di ibukota negara bagian, Sittwe.

Pemberontakan di wilayah Rakhine, Myanmar telah terjadi sejak tahun 1947, saat pasukan mujahidin setempat dibentuk untuk menentang pemerintah Myanmar, dan mulai menargetkan pasukan pemerintah di area tersebut.

Dipimpin oleh Mir Kassen, pasukan mujahidin yang baru memasuki memasuki wilayah, mengusir komunitas asli Rakhine dari desa mereka, beberapa di antaranya melarikan diri ke Pakistan Timur (sekarang Bangladesh). Pasukan mujahidin menyerah pada tahun 1957.

Pada tahun 1972 muncul pergerakan Islamis Rohingya yang diawali dengan didirikannya Partai Pembebasan Rohingya (Rohingya Liberation Party – RLP) yang melakukan gerakan kriminal seperti penyelundupan senjata di perbatasan dengan Bangladesh dan memobilisasi para mantan mujahid.

Berdasarkan sumber telegram yang terungkap oleh Wikileaks tertanggal 10 Oktober 2002, Arakan Rohingya National Organization (ARNO) melakukan kontak dengan kelompok teroris Al Qaeda dan kelompok pemberontak Myanmar di perbatasan Thailand.[MY24]

BAGIKAN ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA:

Kategori: Internasional
Kata kunci:
Penulis: