Bunda, Begini 5 Cara Ajarkan Anak untuk Kontrol Diri

My24hours.net, Singapura – Secara alami, para bayi dilahirkan dengan sedikit atau tanpa kontrol diri pada diri mereka.

Mereka bereaksi secara alami terhadap perasaan mereka karena mereka tidak dapat mengendalikan emosi dan perilaku mereka.

Saat Anda mengajarkan anak Anda cara untuk kontrol diri mengatasi emosi yang kuat seperti frustrasi dan kemarahan. Ia akan belajar bagaimana menanggapi situasi yang menekan, bekerja sama dengan orang lain, dan menyelesaikan konflik. Keterampilan hidup yang berguna ini akan membantu anak Anda di sekolah dan kehidupan sosialnya.

Kontrol diri adalah kemampuan berpikir sebelum bereaksi, untuk mengendalikan tindakan Anda dan tidak dikuasai oleh perasaan Anda. Berolahraga mengendalikan diri berarti menangani dan mengekspresikan emosi Anda dengan cara yang tepat.

Berikut cara mengajarkan kontrol diri untuk anak.
1. Mengenali emosi dan perasaan.

Anak-anak sering berjuang untuk mengidentifikasi apa yang mereka rasakan serta berkomunikasi dengan orang dewasa di sekitar mereka. Bantu anak-anak Anda memberi nama pada emosi yang sedang mereka perjuangkan. Biarkan mereka tahu bahwa Anda mengerti mengapa mereka merasa seperti ini. Ini akan membantu menenangkan mereka.

2. Kemampuan menenangkan diri.

Ajarkan anak Anda cara menenangkan diri ketika ia kehilangan kontrol. Tarik napas dalam-dalam, hitung sampai 10, menjauh dari situasi. Ajari dia untuk mengidentifikasi pemicu dan cara untuk menghentikan dirinya mencapai titik puncak. Semakin cepat dia menenangkan dirinya, semakin dia memegang kendali.

3. Memahami apa yang dapat diterima dan mana yang tidak.

Anak-anak sering tidak mengerti apa yang mereka bisa atau tidak bisa lakukan. Katakan dan tunjukkan pada anak Anda apa yang bisa diterima dan mana yang tidak. Menggigit, menggaruk, membanting pintu, meneriakkan suara mereka adalah contoh perilaku yang tidak dapat diterima.

Dorong anak Anda untuk berhenti dan mengevaluasi situasi yang mengganggu dan merespons secara positif. Cara yang dapat diterima termasuk mengambil waktu istirahat, memukul bantal, merefleksikan diri di sudut, atau menceritakan pada seseorang atau buku harian. Ajarkan anak Anda untuk berbicara tentang masalah dan selesaikan dengan kata-kata daripada agresi.

4.Menunggu.

Anak-anak perlu mendapatkan kesabaran untuk melatih diri. Menunggu mengajarkan mereka untuk memikirkan orang lain. Pertahankan waktu tunggu singkat dan pastikan anak sibuk melakukan sesuatu yang lain. Saat-saat yang bisa dilakukan melatih kesabaran termasuk membuat anak Anda menunggu gilirannya di ayunan, menunggu makan malam atau menunggu semua orang hadir sebelum memulai suatu kegiatan, bukannya memanjakan diri dalam camilan sebelum makan.

Anak-anak memiliki akses instan ke hampir semua hal. Oleh karena itu menantang untuk mengajar mereka untuk bersabar. Namun, begitu mereka belajar menunggu, maka antisipasi, berbagi, dan bergiliran dapat menjadi hal yang menyenangkan dan bermanfaat.

5. Belajar dari kesalahan.

Lebih efektif bagi anak-anak untuk belajar dari pengalaman daripada dari ceramah atau hukuman. Ketika anak Anda melakukan kesalahan, beri mereka kesempatan untuk mencoba lagi setelah Anda menjelaskan apa yang seharusnya mereka lakukan. Beri contoh lagi lagi dan minta anak Anda mencontohkan reaksi atau perilaku yang tepat.

Di bawah tekanan, bahkan anak-anak yang paling tenang mungkin kehilangan kemampuan untuk mengendalikan emosi mereka. Tekanan seperti memulai di sekolah baru, menyambut saudara baru, perceraian orang tua atau kematian anggota keluarga dapat menyulitkan anak untuk mengelola emosi dan perasaannya.

Bicaralah dengan anak Anda dan tunjukkan dukungan mereka selama waktu ini. Pertimbangkan untuk membaca buku anak-anak yang mengeksplorasi situasi kehidupan seperti itu dan cara mengatasinya.

Belajar mengendalikan diri datang dengan pengalaman dan pengulangan, bukan dengan kecaman dan hukuman. Bersabarlah dan bimbing anak Anda melalui satu momen yang dapat diajarkan pada suatu waktu. Kuncinya adalah mengajar anak Anda untuk berpikir sebelum bertindak dengan dorongan hati.[My24]

Sumber: Smart Parenting

BAGIKAN ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA:

Kategori: Gaya Hidup
Kata kunci:
Penulis: