Kenapa Sudah Makan Tetap Saja Lapar? Ini Jawabannya
My24hours.net, Amerika Serikat – Apakah Anda tetap saja lapar meskipun telah makan? Merasa lapar terus-menerus hingga mengganggu aktivitas?
Paling tidak, hal yang terbaik dari menderita rasa lapar yang terus-menerus adalah menyebalkan dan mengganggu. Tapi yang paling parahnya, itu adalah tanda ada sesuatu yang salah pada tubuh Anda. Begitu juga masalah mental mempersulit untuk memahami pesan yang disampaikan tubuh kepada Anda.
Ada beberapa kemungkinan mengapa tetap saja lapar meski Anda telah makan secara teratur sepanjang hari. Berikut penjelasan dari Carrie Dennett, pakar gizi Amerika Serikat seperti yang dilansir The Washington Post.
1. Tubuh Anda merasa dirinya kelaparan
Tubuh memiliki mekanisme biologis untuk menjaga agar berat badan tidak turun di bawah rentang berat yang seharusnya dijaga secara genetik. Hal itu terjadi saat apakah Anda sedang benar-benar kelaparan atau menyerupai kelaparan (misalnya sedang diet membatasi kalori). Salah satu cara menjaganya adalah menurunkan tingkat metabolisme istirahat Anda. Yang lainnya adalah meningkatkan nafsu makan.
Meski tubuh membutuhkan lebih sedikit kalori saat penurunan berat badan, rasa lapar dan dorongan makan menjadi meningkat. Faktanya, dalam penurunan berat badan, peningkatan nafsu makan bisa memainkan peran yang lebih penting daripada metabolisme yang melambat. Untuk setiap kilogram berat badan yang hilang, kita membakar sekitar 20 sampai 30 kalori lebih sedikit per hari. Bahkan lebih sedikit untuk beberapa orang. Sedangkan nafsu makan tumbuh sekitar 100 kalori per hari. Pada dasarnya, lebih mudah bagi tubuh Anda untuk melindungi dirinya sendiri dengan meningkatkan nafsu makan dan asupan kalori Anda, daripada memperlambat metabolisme Anda dan bekerja dengan kalori lebih sedikit.
2. Anda tidak mendapatkan cukup protein saat makan
Dari tiga nutrisi (karbohidrat, protein dan lemak), protein memberikan kontribusi paling banyak untuk membuat Anda merasa kenyang. Ini bukan berarti Anda harus mengonsumsi protein berlebihan. Anda memerlukan variasi nutrisi dari ketiga nutrisi tersebut. Anda perlu memastikan memasukkan beberapa protein ke dalam setiap makanan dan makanan ringan sehingga dapat membuat Anda tetap kenyang lebih lama. Makanan itu bisa berupa telur, yogurt, tahu, kacang-kacangan, ikan, ayam atau daging. Lakukan uji coba untuk melihat bagaimana perasaan Anda setelah makan makanan yang berbeda.
3. Mikroba di perut Anda tidak cukup beragam
Perut Anda, dan mikroba yang ada di dalamnya, bertindak sebagai “otak mini,” yang memengaruhi, antara lain, suasana hati, nafsu makan dan hasrat makanan. Puluhan triliun bakteri dan mikroba lainnya di usus kita menghasilkan sejumlah senyawa, termasuk beberapa yang identik atau mirip dengan hormon nafsu makan. Kira-kira 20 menit setelah makan, bakteri tertentu di usus Anda mengirim sinyal bahwa Anda sudah cukup makan dengan menstimulasi pelepasan hormon yang telah dikaitkan dengan perasaan kenyang. Tetapi jika Anda tidak memiliki banyak ragam mikrobiota (populasi mikroba yang tinggal di usus kita), maka salah satu jenis mikroba dapat menjadi dominan. Dan apa yang mereka butuhkan untuk bertahan dan berkembang mungkin berbeda dari kebutuhan tubuh Anda.
Saat tubuh Anda dan kelompok mikroba yang dominan tersebut tidak berada pada kepentingan yang sama, mereka akan mencoba memanipulasi perilaku makan Anda untuk keuntungan mereka. Mereka dapat menyebabkan hasrat terhadap makanan pilihan mereka sendiri, atau terhadap makanan yang dapat menekan pesaing mereka. Mereka mungkin hanya meningkatkan tingkat rasa lapar Anda sampai akhirnya Anda makan apa yang mereka inginkan. Ini menciptakan lingkaran setan. Misalnya, jika Anda mengonsumsi banyak makanan bergula, mikroba yang “mencintai gula” akan berkembang, sedangkan mikroba yang tidak begitu baik pada gula dapat melemahkan atau mati. Karena mikroba yang menyukai gula itu mendapat gizi baik, mereka akan mendapatkan lebih banyak pengaruh, meningkatkan hasrat gula.
Anda dapat menciptakan mikrobiota yang beragam dengan mengonsumsi makanan yang kaya serat dan bakteri probiotik, aktif secara fisik, mengatasi stres dan tidur yang cukup. Hal ini mengurangi kemungkinan dominasi dari satu jenis mikroba saja dan dapat membantu mengurangi hasrat makanan dan rasa lapar yang tidak biasa.
4. Anda kurang tidur
Secara kronis kurang tidur bisa mengakibatkan rasa lapar dan hasrat karbohidrat yang meningkat, kemungkinan karena hilangnya REM (rapid eye movement) tidur. Hasil sebuah penelitian tahun 2015 yang diterbitkan di jurnal Sleep Medicine menunjukkan bahwa hilangnya siklus tidur malam REM terakhir kita dapat menyebabkan nafsu makan lebih besar. Hal ini terjadi jika tidur kurang dari enam jam. Untuk itu jika Anda tetap saja lapar, cobalah perhatikan berapa lama Anda tidur.
5. Anda perlu sering makan
Ada banyak pendapat, ahli dan lain sebagainya, tentang jumlah optimal makanan dan makanan ringan. Namun, tidak ada bukti yang jelas dan konsisten yang menghubungkan waktu makan atau frekuensi (kekerapan) makan dengan berat badan atau kesehatan. Frekuensi makan Anda yang ideal akan memberi Anda energi yang tetap sepanjang hari. Selain itu membuat Anda cukup lapar di antara jeda waktu makan, sehingga Anda merasa siap untuk makan makanan bergizi namun tidak terlalu lapar untuk makan hal pertama yang Anda lihat. Jika Anda merasa tetap saja lapar, lakukan uji coba dengan frekuensi makan Anda untuk melihat berapa kali yang sesuai untuk Anda.
6. Anda tidak benar-benar tahu rasa lapar itu
Banyak orang telah kehilangan kontak dengan sinyal lapar mereka. Mereka mungkin memiliki kebiasaan lama melewatkan makan, atau sering ngemil tanpa waktu pasti. Mereka mungkin praktisi diet berat, atau memiliki rumah atau kehidupan kerja yang kacau. Masing-masing skenario ini bisa membungkam sinyal rasa lapar seiring berjalannya waktu. Bila Anda tidak merasa, atau tidak dapat mengidentifikasi, rasa lapar sebenarnya, Anda dapat keliru terhadap dorongan karena hal lain yang Anda anggap sebagai rasa lapar.[MY24]
Kategori: Kesehatan
Kata kunci: diet
Penulis: