Ini Alasan Mengapa Pengeditan Gen Jadi Kontroversial
My24hours.net, Tiongkok – Penyuntingan atau pengeditan gen pertama terhadap bayi di Tiongkok menjadi kontroversi dan dianggap “tidak bertanggung jawab” oleh banyak ilmuwan.
Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok Selatan mengaku tidak mengetahui kegiatan penyuntingan gen yang dilakukan oleh salah satu penelitinya. Sementara itu, Pemerintah Tiongkok memerintahkan untuk memberhentikan pekerjaan pengeditan gen tersebut pada Kamis (29/11/2018).
He Jiankui, peneliti yang melakukan penyuntingan gen tersebut mengatakan dia telah mengedit materi genetik, atau DNA, dari dua bayi perempuan yang lahir baru-baru ini. Dia mengatakan telah melakukan penyuntingan gen untuk membantu melindungi bayi dari infeksi HIV, virus yang bertanggung jawab atas penyakit AIDS. Dia mengatakan proses itu “bekerja dengan aman” dan kedua bayi perempuan itu “sehat seperti bayi lainnya.”
Belum ada konfirmasi independen atas pekerjaan-Nya, dan dia tidak memberikan dokumentasi tertulis dari penelitiannya tersebut.
Pada hari Rabu (28/11/2018), dia membela pekerjaannya tersebut di sebuah konferensi internasional di Hong Kong. Dia juga mengumumkan kemungkinan menggunakan proses yang sama dalam proses kehamilan wanita selanjutnya.
Para Ilmuwan Mengutuk Pengeditan Gen Tersebut
Para ilmuwan dengan cepat mengutuk eksperimen pengeditan atau penyuntingan gen tersebut.
David Baltimore penerima Hadiah Nobel Kedokteran pada 1975, sekaligus ketua konferensi tersebut menyebut eksperimen itu “tidak bertanggung jawab.” Baltimore mengatakan eksperimen itu tidak memenuhi pedoman yang disetujui banyak ilmuwan sebelum penyuntingan gen dapat dipertimbangkan.
Jennifer Doudna, ilmuwan Universitas California-Berkeley dan salah satu penemu alat pengeditan gen CRISPR yang digunakan dalam eksperimen itu, menyebut eksperimen itu “benar-benar tidak dapat diterima.” Dia mengatakan kepada Associated Press, “Saya tidak berpikir bahwa kita telah mendengar jawaban. Kita masih perlu memahami motivasi untuk ini (penyuntingan gen).”
“Saya merasa lebih terganggu sekarang,” kata David Liu dari Universitas Harvard dan Institut Teknologi Massachusetts. Dia adalah penemu sebuah versi alat pengeditan gen. Liu mengatakan percobaan itu adalah “contoh dari apa yang tidak boleh dilakukan terhadap teknologi yang menjanjikan.” Dia berharap bahwa: “itu tidak pernah terjadi lagi.”
Di Tiongkok, Wakil Menteri Sains dan Teknologi Xu Nanping mengatakan percobaan tersebut “melintasi garis moralitas dan etika yang dipatuhi oleh komunitas akademik dan mengejutkan serta tidak dapat diterima.”
Mengapa Pengeditan Gen Jadi Kontroversial?
Pada 2017, Akademi Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional AS merilis laporan tentang penyuntingan atau pengeditan gen manusia. Kelompok itu mengatakan pengeditan gen harus digunakan hanya untuk penelitian di laboratorium untuk mempelajari cara mengubah embrio.
Akademi tersebut juga mengatakan ukuran itu belum siap digunakan untuk kehamilan pada manusia. Dan jika itu diizinkan, itu harus digunakan untuk mengobati atau mencegah penyakit serius yang tidak memiliki pilihan yang lebih baik.
Di Amerika Serikat, pengeditan atau penyuntingan gen embrio manusia tidak dapat dilakukan meski menggunakan uang negara. Dan negara lain juga memiliki batasannya.
Masyarakat yang menentang eksperimen tersebut mengatakan perubahan pada DNA seseorang dapat diteruskan ke generasi mendatang. Mereka mengatakan pengeditan gen berisiko merugikan gen lain dan memengaruhi orang yang tidak menerima perawatan.
Masyakarat yang lain takut bahwa eksperimen itu akan menyebabkan orang tua yang kaya untuk mencari perbaikan genetik untuk menghasilkan, apa yang disebut, “bayi perancang.”
Apakah Ada Tempat bagi Pengeditan Gen?
Namun, akademi-akademi sains mendukung pengeditan gen untuk meningkatkan produksi makanan untuk memberi makan populasi dunia yang terus bertambah.
Para peneliti menggunakan teknologi tersebut untuk menghasilkan beberapa jenis tanaman baru. Tanaman itu termasuk gandum serat tinggi, jamur yang menjaga warnanya dan tomat yang sangat produktif. Mereka juga mencoba mengembangkan jagung yang tahan terhadap kondisi cuaca kering dan padi yang tahan polusi.
Ilmuwan lainnya berharap menggunakan penyuntingan gen untuk mengakhiri penyakit tanaman seperti CVPD yang memengaruhi buah seperti jeruk.
Di AS, perusahaan bernama Recombinetics sedang meneliti untuk membesarkan jenis sapi dan babi baru.
Namun, banyak pemerintah berbagai negara masih mempertimbangkan cara mengawasi makanan yang dihasilkan dari pengeditan gen. Juga tidak jelas apakah orang akan mau membeli makanan yang diedit gen.[My24]
Sumber: VOA
Kategori: Sains
Kata kunci: penelitian
Penulis: